Biografi Singkat
Biografi Singkat

Wayan Piki Suyersa
Wayan Piki Suyersa dalam ARTSUBS 2024 menghadirkan karya seni rupa berbahan resin yang dipadukan dengan bulu-bulu sintetis. Melalui teknik cetak tersebut, ia memunculkan ornamen-ornamen (sebagaimana di dalam seni ukir Bali) yang menyeruak di antara lelehan resin dan bulu sintetis.
Wayan Piki Suyersa adalah seniman kelahiran Gianyar, Bali, 2 Maret 1996. Ia menekuni seni rupa secara formal di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, dan lulus pada 2021. Kedekatannya dengan bahan resin terjadi sejak masa kanak-kanak, tepatnya pada akhir 1990, ketika ia menyaksikan ayahnya bekerja sebagai pengukir di Desa Bresela, Payangan, Gianyar, Bali.
Piki Suyersa telah mengadakan empat pameran tunggal sejak 2021. Beberapa di antaranya adalah Abstraksi Bhawa (Rasa) Melepas/Menerima Seri II di ART1 New Museum, Jakarta, 2022; dan Man On Earth di Hatch Art Project Singapore, 2021. Sementara pameran bersama yang memajang karya-karyanya, antara lain, adalah Mystical Horizon di Studio Kalahan, Yogyakarta, 2024; Raket Rumaket di D Gallerie, Jakarta, 2024; dan Art Jakarta Garden di Hutan Kota, Jakarta, 2024.
Ia pernah menjadi finalis UOB Painting of the Year 2018; Basoeki Abdullah Art Awards #3, 2019; dan Bandung Contemporary Art Award, 2019. Ia kini tinggal dan berkarya di Yogyakarta.
Karya Seni
Deskripsi Karya
Deskripsi Karya
Menggunakan material sebagai simbol resiko “perubahan” dan “kepraktisan” dalam era modernitas menimbulkan pertanyaan mendalam. Resin polimer sintetik, yang kini merajai dunia seni dan industri berkat kemudahannya dalam pengolahan, menghadirkan dilema etika seiring dampak negatifnya terhadap lingkungan. Paralel dengan sifat susah terurai plastik, resin membawa konsekuensi jangka panjang terhadap ekosistem.
Pemilihan palet warna candy tone yang mencolok memperkuat naratif visual, mengancam pola tradisional dengan cara yang mencolok. Dalam proses meleleh, lelehan resin membentuk ratusan tantakel lelehan yang menciptakan efek kinetik, menyampaikan pesan tersembunyi mengenai perubahan dan dampaknya terhadap identitas kultural. Secara visual, karakteristik tersebut merujuk pada sebuah narasi yang tampaknya “bicara” tentang dampak negatif yang dihasilkan oleh percepatan teknologi.
Pentingnya refleksi terhadap dampak material resin pada lingkungan dan kultural menjadi pusat pembicaraan. Penciptaan visual yang dinamis dan menggelora ini mencoba menciptakan panggung untuk dialog kritis tentang kesadaran lingkungan dan nilai- nilai tradisional di tengah arus modernitas yang terus berubah.
Deskripsi Karya
Menggunakan material sebagai simbol resiko “perubahan” dan “kepraktisan” dalam era modernitas menimbulkan pertanyaan mendalam. Resin polimer sintetik, yang kini merajai dunia seni dan industri berkat kemudahannya dalam pengolahan, menghadirkan dilema etika seiring dampak negatifnya terhadap lingkungan. Paralel dengan sifat susah terurai plastik, resin membawa konsekuensi jangka panjang terhadap ekosistem.
Pemilihan palet warna candy tone yang mencolok memperkuat naratif visual, mengancam pola tradisional dengan cara yang mencolok. Dalam proses meleleh, lelehan resin membentuk ratusan tantakel lelehan yang menciptakan efek kinetik, menyampaikan pesan tersembunyi mengenai perubahan dan dampaknya terhadap identitas kultural. Secara visual, karakteristik tersebut merujuk pada sebuah narasi yang tampaknya “bicara” tentang dampak negatif yang dihasilkan oleh percepatan teknologi.
Pentingnya refleksi terhadap dampak material resin pada lingkungan dan kultural menjadi pusat pembicaraan. Penciptaan visual yang dinamis dan menggelora ini mencoba menciptakan panggung untuk dialog kritis tentang kesadaran lingkungan dan nilai- nilai tradisional di tengah arus modernitas yang terus berubah.