Serpihan Melayang

Berawal dari riset selama 2 tahun tentang aktlvltas ludruk tobong Irama Budaya Surabaya dan Lukisan Kaca Tulungagung sebelum berakhir karena hilangnya ruang untuk beraktivitas dan tale kola yang berubah Jugs generasi penerus yang tidak berminat terhadap seni – seni lokal. Dua permasalahan yang terjadi menjadikan ide untuk memindahkan panggung ludruk dalam bentuk visual kedalam lukisan diatas kanvas dan lukisan kaca. Judul ” Serpihan-serpihan melayang ” menarasikan tentang bagaimana sebuah hasil kerJa budaya khususnya budaya yang berbasis pada lokalitas tergerus oleh kemajuan jaman yang terus bergerak dengan budaya-budaya barunya. Gambaran tentang cerita lokal baik yang ada di pertunjukan ludruk dan lukisan kaca semisal tentang Sarip Tambak Oso, Nyai Dasima, Sampek Engtay, Cak Durasim, Petruk dadi ratu, ojo adigung Adiguna, ojo dumeh dan sebagainya. Ketika hasil kerja budaya itu hanya menjadi sebuah refrensi yang sewaktu-waktu dibuka kembali tanpa mempunyai hak hidup dalam kemajuan sebuah kota maka tanpa terasa akhirnya hanya menjadi serpihan-­serpihan melayang yang menjadi sebuah kenangan bukan lagi menjadi ruang budaya yang dldalamnya memproduksi llmu pengetahuan tentang apa yang dilakonkan atau dilukiskan.

Agus 'Koecink' Sukamto
2024
25 x 36 cm
Cat Avian, tinta cina di atas kaca
Gambar
Scroll to Top

Keterangan karya