Republik Berhantu series
Deskripsi Karya
Republik Berhantu ini bentuknya mengadopsi dari rumah hantu yang ada di taman hiburan, yang dulu di era 90an dan 2000an yang bisa kita temukan di taman hiburan, pasar malam, sekarang mungkin pasar malam sudah bergeser ke pinggiran-pinggiran kota. Hiburan rumah hantu selalu menarik bagi warga atau rakyat; ketakutan tetapi ingin tahu, sesuatu yang mau dan tidak mau diketahui, dan mereka mau membayar untuk merasakan ketakutan-ketakutan, yang membuat jantung bermasalah, membayar untuk tantangan-tantangan atau resiko, seperti korupsi , seperti hal-hal yang dilakukan para pejabat yang sebenarnya menakutkan dan beresiko tetapi mereka sebenarnya menyukainya. Bentuk karya ini nanti mengadopsi dari rumah hantu dengan visual yang saya buat, dengan karakter mural besar di bagian luar, pada karya ini akan ada mural yang mengelilingi bangunan besar rumah hantu tersebut, kemudian di dalamnya ada karya instalasi, dindingnya akan berwarna hitam, ada objek-objek karya patung, bordir, lukisan, semua elemen-elemen karya yang selama ini saya olah, coba saya tampilkan di dalam rumah hantu ini dengan mengambil tema-tema dan topik-topik yang masih satu atmosfer dengan apa yang terjadi di negeri ini, kebijakan-kebijakan negeri ini.
Karya ini menyoroti bagaimana negara ini dipenuhi oleh hantu-hantu atas nama pemegang kuasa. Kita (rakyat) dipermainkan oleh mereka yang duduk di pemerintahan atau orang-orang yang berkuasa, entah itu di negara, di militer, dan seterusnya. Rakyat itu sebenarnya ‘gacuk’ (pion) mereka, tetapi sangat tidak dilindungi dan tidak diuntungkan karena kasat mata, kepentingan-kepentingannya hanya untuk kekuasaan mereka saja . Rakyat ini digunakan sebagai penyumbang suara, penyumbang ‘ngayom, ngayemi’ (istilah dari pemerintahan diatas) yang arti sebenarnya itu hal-hal untuk memancing diawal, untuk memancing simpati, yang program kesejahteraannya itu tidak berkelanjutan; misal program kesejahteraan untuk publik, kecerdasan untuk masyarakat, fasilitas-fasilitas kebaikan untuk masyarakat itu hanya di awal, hanya menjadi program pembuka yang menarik simpati, tapi kemudian tidak berlanjut. Programnya seperti hantu-hantu yang ada dan tiada, kadang tiba-tiba muncul hanya karena meminta simpati, tetapi begitu berganti periode pemerintahan, berganti pimpinan, berganti regulasi, jadi hilang.
Pemegang kuasa ini memang punya banyak hal-hal yang bagus, tetapi tidak sedikit juga hal-hal buruk yang mereka perbuat, seperti masih ada korupsi dengan cara yang lebih luwes lagi, lebih absurd; bagaimana keluarga pejabat menjadi bagian dari korupsi itu, alur yang sengaja dibuat oleh pejabat tersebut, misalnya tiba-tiba mendapat gaji, tiba-tiba bisa bergaya hidup mewah dengan fasilitas negara, dari uang rakyat, menambahi aksesoris kendaraannya dengan uang rakyat, mencantumkan nama cucunya untuk menerima gaji sebagai pegawai negara, menduduki jabatan penting, memasukkan anaknya atau keluarganya menjadi pejabat yang menduduki pemerintahan dengan mengubah aturan-aturan negara, bagaimana cengkraman kebijakan hantu-hantu ini. Semakin berkuasa, semakin dia seperti hantu karena ada kepentingan-kepentingan yang sebenarnya dia ingin kuasai yang sifatnya sekarang lebih halus lagi, kalau kita bicara korupsi atau hal-hal yang selama ini tampak kasat mata, sekarang ini bisa lebih halus seperti hantu, dan hanya hantu yang sial saja bisa tertangkap, tetapi yang beruntung bisa tetap korupsi, hal ini masih ada dan lebih halus lagi, seperti hantu. Republik Berhantu.