Biografi Singkat

Biografi Singkat

Self potrait

Faelerie

b. 1994
Wonosobo, Jawa Tengah

Nama saya Faelerie, saya lahir di Wonosobo pada 25 April 1994. Setelah tamat SMA, saya melanjutkan kuliah di ISI Yogyakarta, jurusan Desain Komunikasi Visual angkatan 2012. Saya meraih gelar sarjana desain pada tahun 2019.

Sejak kecil saya sangat dekat dengan material tekstil. Hal itu sangat dipengaruhi oleh ibu saya, beliau merupakan seorang penjahit.  Saya banyak mengeksplorasi material tekstil dengan serius dan khususnya teknik rajut. Hal itu dikarenakan  ketertarikan saya dengan material tersebut karena sifatnya yang sangat versatile.

Merajut, dari sudut pandang saya, adalah seni membentuk garis-garis nyata dengan benang, menciptakan bidang, bentuk, dan volume. Proses kreatif yang panjang dan repetitif menjadi pemicu untuk mengingat kembali kenangan-kenangan berharga. Tujuan saya adalah menangkap esensi dari kenangan-kenangan tersebut melalui simpul rajutan yang rumit. Kerapuhan menjadi inspirasi mendalam bagi karya-karya saya. Saya menemukan daya tarik dalam objek konkrit yang robek dan tampak rapuh, namun tetap memiliki kekuatan dan masih berfungsi. Setiap objek yang rusak membawa kenangan dan narasinya sendiri.

Baik melalui visual abstrak maupun representasi abstraksi tubuh manusia, saya berusaha menyampaikan kerapuhan yang melekat pada lingkungan sekitar dan eksistensi manusia dalam karya saya. Dengan menggabungkan elemen fisik/tubuh dengan emosi, karya-karya saya menjelajahi kerapuhan dari pengalaman manusia.

Secara tak sadar, ketika terlibat dalam seni merajut yang ritmis, saya melalui waktu melalui simpul yang teranyam. Seperti irama waktu, detak jantung, napas, dan langkah-langkah, kehidupan terungkap sebagai progresi ritmis, menghitung mundur menuju saat terakhir. Proses ini memperdalam pemahaman saya akan sifat rapuh dari eksistensi manusia.

Karya Seni

Merajut dari sudut pandang saya, adalah seni membentuk garis nyata yaitu benang, menciptakan bidang, bentuk, dan volume. Proses merajut yang lama dan repetitif menjadi pemicu untuk mengingat kembali kenangan-kenangan berharga. Tujuan saya adalah menangkap dan menghadirkan esensi dari kenangan-kenangan tersebut melalui simpul rajutan yang rumit. Kerapuhan menjadi inspirasi mendalam bagi karya-karya saya. Saya menemukan daya tarik dalam objek konkret yang robek dan tampak rapuh, namun tetap memiliki kekuatan dan masih berfungsi. Setiap objek yang rusak membawa kenangan dan narasinya sendiri.

Karya Bloody Rhythm merupakan sebuah interseksi dari memori, mimpi, imajinasi dan refleksi. Interseksi dari pergulatan batin dan juga kerapuhan. Mungkin semacam bagaimana saya merayakan kerapuhan itu sendiri, melalui tangan-tangan dan kaki-kaki, seolah-olah mereka menari dalam ritme-ritme berdarah tersebut.

Tubuh adalah sebuah objek yang terdampak oleh apa yang terjadi didalam maupun diluar tubuh. Kain, sebagai metafora dari kulit, menjadi subjek yang hidup melalui ritme dan pola simpul-simpul yang terbentuk, menciptakan semacam dialog batin dengan tubuh. Tubuh dihidupkan oleh ritme, baik nafas, detak jantung, langkah-langkah, dan waktu. kehidupan terungkap sebagai progresi ritmis, Menghitung mundur menuju saat terakhir. Proses ini memperdalam pemahaman saya akan sifat rapuh dari eksistensi manusia.

Faelerie
2025
205 x 240 cm
Rajutan tangan dengan bahan poliester
Objek

Karya “Rhythm” berawal ketika saya mengeksplor teknik rajut, saya menyadari bahwa karya tersebut tediri dari simpul-simpul repetitif yang kemudian membentuk pola-pola ritmis. Merajut merupakan salah satu teknik untuk membuat kain. Saya mengibaratkan kain tersebut seperti sebuah “kanvas”, dan cara saya membuat karya seperti melukis. Tentu saja saya mempunyai kontrol (kuasa) yang berbeda dari pelukis pada umumnya yang menggunakan cat. Disini saya memiliki kontrol bagaimana membuat “kanvas” tersebut, dimulai dari mengontrol kendur, atau kencang simpu, kemudian memilih warna benang untuk “kanvas”.

Merajut merupakan kegiatan yang monoton. Kegiatan tersebut membuat saya terpikirkan oleh hal-hal yang lain, tergantung dengan apa yang saya alami saat itu. Hasil akhir yang ekspresif sangat tergantung ketika saya dalam keadaan yang tenang beberapa bagian terlihat lebih rapi, dan ketika dalam keadaan terganggu hasilnya melompat-lompat, dan tidak rapi. Disini saya memperlihatkan bagaimana benang-benang tersebut berbicara dan memegang peran yang paling penting pada karya saya. Kanvas tidak hanya menjadi suatu media, melalui ritme, “kanvas” adalah karya itu sendiri.

Dari untaian benang yang saling mengikat satu sama lain, kemudian membentuk sebuah karya yang terlihat compang-camping. Akan tetapi ketika karya digantung memperlihatkan ketegaran. Seperti halnya hidup adalah sebuah ritme, baik nafas, detak jantung maupun waktu. Ada irama tenang, lemah maupun kencang. Sebagai manusia kita hanya bisa menjalani dan melewati hidup dengan penuh kesadaran bahwa ada suatu kondisi yang tidak bisa kita kontrol.

Faelerie
2022
164 x 234 cm
Rajutan tangan dengan bahan poliester
Objek
Scroll to Top