Biografi Singkat
Biografi Singkat
Deden Hendan Durrahman
Dalam ARTSUBS 2024 Deden Hendan Durahman memajang sejumlah foto bertema: “After the War” dan “Shadow People”. Yang pertama mengeksplorasi perang sebagai fenomena berulang dan realitas pascakonflik yang telah direkonstruksi oleh kekuatan besar lewat manipulasi media dan fenomena “pascakebenaran”. Dengan menggunakan simbol-simbol dan merek-merek besar sebagai elemen rupa, karya ini menyingkap bagaimana kekuatan komersial berperan dalam membentuk ulang makna dan estetika pascaperang. Karya ini mengundang khalayak untuk merenungkan dan bertanya: apakah realitas pascaperang yang kita lihat adalah refleksi sejati atau hanya bayangan yang disusun untuk menyembunyikan realitas yang lebih kelam?
Sementara “Shadow People” adalah proyek seni Deden yang mengeksplorasi konsep identitas di tengah era pascakebenaran yang kompleks. Proyek ini menampilkan cara kita mempresentasikan diri kepada dunia dengan memanfaatkan elemen eksternal seperti pakaian, perhiasan, gaya rambut, dan atribut lainnya. Bagaimana pula fabrikasi identitas berubah menjadi fabrikasi realitas. Melalui permainan bayangan, cahaya, dan kontras, karya-karya dalam “Shadow People” mengungkap ketegangan antara identitas yang diproyeksikan ke luar dan esensi diri yang autentik.
Lahir di Majalaya, Jawa Barat, 6 Desember 1974, Deden menyelesaikan pendidikan sarjana di Studio Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung pada 1997. Lantas, ia melanjutkan ke Braunschweig University of Art, Jerman, dan meraih gelar Meisterschüler pada 2006. Karyanya yang berupa grafis, lukisan, fotografi, film dan multimedia telah dipamerkan dalam beberapa pameran kelompok dan tunggal. Misalnya, Shadow People: Make Project di Toni Areal Showcase, Zürich, Swiss, 2023; Printmaking Today di Selasar Sunaryo Artspace, Bandung, 2021; dan Look // After di Orbital Dago, Bandung, 2019.
Deden juga meraih sejumlah penghargaan dan residensi, misalnya, Juror Candidate Award, Tokyo International Mini-Print Triennial, The National Museum of Modern Art, Tokyo, Jepang, 2005; Juara Kedua Polaroid Transfer Photography Competition, Hanover, Jerman, 2004; Juara Pertama Illustration & Cartoon Festival, Bandung, 1992; residensi seniman di Braunschweig & Muenster melalui DAAD Jerman, 2005, dan di AAF Residency, Melbourne University, Australia, 2018.
Karya-karya Deden ada dalam koleksi berbagai institusi publik, seperti Art Varna Gallery di Bulgaria; Tama Art University Museum di Tokyo; dan Cabinet des estampes et des dessins, Prancis, dan Musée d’Art et d’Histoire di Jenewa, Swiss. Juga, muncul di sejumlah buku fotografi terbitan luar negeri.
Karya Seni
Deskripsi Karya
After the War adalah proyek seni yang mengeksplorasi perang sebagai fenomena berulang dengan motivasi yang tak pernah berubah: materi, kekayaan, dan kekuasaan. Proyek ini mengkaji realitas pasca-konflik yang telah direkonstruksi oleh kekuatan besar melalui manipulasi media dan fenomena post-truth, yang menciptakan narasi baru yang mengaburkan kebenaran. Narasi tentang kemanusiaan dan keadilan sering kali terkubur di balik fabrikasi realitas yang justru menguntungkan kepentingan-kepentingan tertentu.
Dengan menggunakan simbol-simbol dan merek-merek besar sebagai elemen visual, karya ini menyingkap bagaimana kekuatan komersial berperan dalam membentuk ulang makna dan estetika pasca-perang. Realitas yang dihadirkan adalah refleksi yang terdistorsi, mirip bayangan yang diproyeksikan untuk menutupi fakta. Ketegangan ini mengungkap bagaimana narasi perang dikuasai oleh kepentingan kapitalistik, sehingga esensi sejarah asli lambat laun memudar.
Proyek ini berusaha mengungkap realitas semu yang tersisa setelah perang, dunia di mana narasi dan kebenaran dipermainkan oleh mereka yang mengendalikan media. Karya ini mengundang audiens untuk merenungkan dan mempertanyakan: apakah realitas pasca-perang yang kita lihat adalah refleksi sejati atau hanya bayangan yang disusun untuk menyembunyikan realitas yang lebih kelam?
Melalui visualisasi yang merepresentasikan ketegangan antara kehancuran dan estetika kapitalistik, After the War menciptakan dialog kritis tentang bagaimana identitas dan esensi manusia telah dirampas dan didistorsi oleh kekuatan materi, kekuasaan, dan ideologi yang membentuk dunia pasca-konflik. Proyek ini menjadi ajakan untuk melihat melampaui permukaan narasi dan menggali lebih dalam tentang apa yang tersisa setelah perang usai: sebuah realitas yang lebih sering merupakan ilusi daripada kebenaran sejati.
Deskripsi Karya
Shadow People adalah sebuah proyek seni yang mengeksplorasi konsep identitas di tengah era Post Truth yang kompleks. Proyek ini mengekspos bagaimana kita mempresentasikan diri kepada dunia dengan memanfaatkan elemen eksternal seperti pakaian, perhiasan, gaya rambut, dan atribut lainnya. Proyek ini merefleksikan bagaimana fabrikasi identitas dapat berubah menjadi fabrikasi realitas, yang terkadang menutupi dan menggantikan esensi identitas sejati. Dalam dunia di mana narasi sering kali kabur, elemen eksternal tersebut berpotensi menciptakan cermin palsu tentang siapa diri kita sebenarnya.
Melalui permainan bayangan, cahaya, dan kontras, karya-karya dalam Shadow People mengungkap ketegangan antara identitas yang diproyeksikan ke luar dan esensi diri yang autentik. Bayangan menjadi metafora bagi pertanyaan mengenai realitas yang nyata dan yang terkonstruksi. Konsep Post Truth menjadi landasan eksplorasi ini, mendorong audiens untuk merenungkan kompleksitas identitas di tengah dominasi pencitraan dan fabrikasi imaji yang semakin tidak terbatas. Dengan fokus pada elemen eksternal tersebut, proyek ini mempertanyakan: apakah refleksi yang kita lihat benar-benar merepresentasikan diri kita, atau justru mengaburkan identitas asli?
Shadow People bukan sekadar kumpulan imaji, melainkan tafsir visual tentang bagaimana kita memahami diri sendiri dan orang lain. Dalam dunia yang dipenuhi distorsi dan manipulasi citra, proyek ini mengajak audiens untuk berpikir kritis, menembus lapisan bayangan, dan menemukan esensi sejati di balik fabrikasi identitas. Karya ini mengundang kita untuk menyelami makna, meresapi relasi antara esensi hidup, dan merenungkan peran kita dalam membentuk persepsi dunia di tengah distorsi realitas yang terus berkembang.