Dady Setiyadi

Karya-karya Dadi Setiyadi berupa lukisan, patung, instalasi, dan proyek seni lainnya. Lukisannya, terutama, berusaha mencapai kesesuaian rupa yang sangat terperinci, tetapi dengan semangat bermain-main. Ia menggali lagi pelbagai mitos, legenda dan legenda urban yang hidup di Indonesia dan Asia—berdasarkan risetnya sepanjang 2000-2007—dan mengocoknya dengan hal serupa yang datang dari Barat. Misalnya, kisah Nini Anteh dari budaya Sunda ia tampilkan dengan teknik lukisan realistik dan pose sosok-sosok dalam lukisan klasik Barat tentang fragmen Perjanjian Lama. Itu semua dimungkinkan karena, menurut Dadi, karyanya berdasarkan ide kesetaraan. 

“Kebudayaan Barat dan Timur berangkat dari sumber yang sama, tetapi berkembang menjadi besar dan berbeda. Dari perbedaan ini kita bisa belajar satu sama lain,” kata Dadi, suatu kali. 

Dadi Setiyadi dilahirkan di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 21 Oktober 1977, kini bekerja dan bermukim Yogyakarta. Ia lulus dari Jurusan Seni Lukis, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, pada 2004. Sejak 2000 ia telah menggelar tidak kurang dari sepuluh pameran tunggal. Termasuk di antaranya Harta Karun Kolonial / Kolonialny Skarb di Rajem Pamoja Foundation, Krakow, Polandia, pada 2017; Ultra Classic di The Gallery D, Seoul, Korea Selatan, pada 2015; Sepenggal Kisah Nusantara di Jakarta pada 2006. Sementara pameran bersama, antara lain, West-East Exhibition di Kopenhagen, Denmark, pada 2024 dan Gambar Babad Diponegoro di Jogja Gallery, Yogyakarta, pada 2019.

Karya-karyanya telah meraih sejumlah penghargaan, di antaranya, pemenang Nokia Arts Awards Asia Pacific pada 1999 dan 2000; Indofood Art Award 2002 dan Indonesia Art Awards 2010. Sementara buku seni rupa yang memuat karyanya, antara lain, adalah The Art of Dadi gubahan Eddy Soetriyono dan Pathos of the Fringes produksi Jeonbuk Museum of Art, Korea Selatan.