Biografi Singkat
Biografi Singkat
Agung "Tato" Suryanto
Karya Agung “Tato” Suryanto yang tampil dalam ARTSUBS 2024, Lingga Bergema, menyajikan sosok lingga secara berulang-ulang melalui pantulan cermin. Dengan jalan itu, apalagi dengan ukurannya yang jauh melebihi takaran dan keserupaannya dengan segumpal daging belaka, terdapat simbolisme halus bahwa proses penciptaan manusia berlangsung hingga sekarang. Dalam kepercayaan tertentu nenek-kakek moyang kita, demikianlah menurut si seniman sendiri, perbedaan ukuran dan posisi lingga memunculkan pendapat bahwa “testis kanan menghasilkan anak laki-laki, sementara testis kiri yang lebih kecil bertanggung jawab atas anak perempuan di dunia.” Tritunggal yang dibentuk batang lingga dan dua kantung testis itu bekerja terpadu sebagai Yang Satu untuk menjalankan fungsi reproduksi secara mutlak dan sempurna.
Agung Suryanto telah mengadakan enam pameran tunggal sejak 2002, di antaranya adalah Batu Hidup Bergema (2022) di Pascasarjana ISI Yogyakarta; dan Selo (2021) di Miracle Gallery, Yogyakarta. Karya-karyanya juga muncul di berbagai pameran bersama, antara lain, pada ARTJOG 11 (2018) di Jogja National Museum, Yogyakarta; Miracle (2022) di Jogja Gallery, Yogyakarta; dan Seque (2022) di Orasis Art Space, Surabaya.
Seniman yang lahir di Surabaya pada 1970 ini menyelesaikan pendidikan arsitektur di Universitas Tujuh Belas Agustus di Surabaya, dan berlanjut ke tingkat pascasarjana di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) di Surabaya dan ISI Yogyakarta.
Ia telah beroleh sejumlah penghargaan, antara lain Gold Award pada kompetisi UOB Painting of the Year 2013, dan pemenang favorit pada Mandiri Art Award 2015.
Karya Seni
Deskripsi Karya
Konsep
Konsep tentang Sang Pencipta berkaitan erat dengan simbol yang digunakan untuk mewakilinya. Lingga dianggap sebagai simbol suci dari hubungan Sang Pencipta dengan manusia. Dalam proses penciptaan manusia, jenis kelamin keturunan ditentukan. Mengapa seorang pria bisa
memiliki anak laki-laki pada waktu tertentu dan anak perempuan pada waktu lain? Penjelasannya dapat ditemukan dalam karakteristik lingga. Perbedaan ukuran dan posisi lingga memunculkan teori bahwa testis kanan menghasilkan anak laki-laki, sementara testis kiri yang lebih kecil bertanggung jawab atas anak perempuan di dunia. Keyakinan ini dipegang oleh nenek moyang kita. Mereka percaya bahwa pencipta yang
sempurna terdiri dari tiga bagian yang saling bergantung satu sama lain untuk melakukan tugasnya. Mereka bisa hanya bekerja secara terpadu dan bekerjasama agar mampu melakukan aktivitas produktif sebagai Satu yang mutlak dan sempurna. Oleh karena itu, dewa pencipta dianggap sebagai
makhluk tritunggal karena orang-orang dahulu percaya bahwa lingga,testis kanan dan elemen feminin adalah elemen penting dalam penciptaan kehidupan.
Lingga Bergema
Konsep lingga di atas berkaitan dengan proses penciptaan manusia yang terus berlangsung sampai sekarang. Karya ini mempresentasikannya secara berulang-ulang melalui pantulan cermin yang disebut sebagai gema dari lingga.