Biografi Singkat
Biografi Singkat
Galih Adika Paripurna
Karya-karya Galih Adika Paripurna berangkat dari observasi personalnya terhadap nilai dan pengaruh ruang kosong dalam kehidupan sehari-hari. Sejauh ini ia menjelajahi bagaimana ruang kosong—yang sering diabaikan—berperan penting dalam proses pembacaan dan pemaknaan akan realitas. Kerning dalam desain tipografi menunjuk bagian kosong, justru untuk menghubungkan fragmen-fragmen menjadi kesatuan yang utuh. Dalam pamerannya, Galih menghubungkan ruang kosong dengan ingatan dan bagaimana distorsi membentuk persepsi tentang realitas. Misalnya, dalam karya berjudul “Interior” ia menggunakan teknik negatif dari bidang putih untuk menciptakan kesan sudut atau pojok ruangan di dalam sebuah bangunan. Dalam karya-karya terbarunya, Galih mendalami tema ingatan dan pembentukannya yang terjalin dalam pengalaman dan kesadaran manusia.
Galih Adika Paripurna dilahirkan di Serang, Banten, pada 1994, menetap dan berkarya di Bandung. Ia menyelesaikan pendidikan seni rupa di Jurusan Seni Lukis, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, pada 2018.
Pameran tunggal Galih Adika Paripurna adalah Kerning di Rubanah Underground Hub, Jakarta, 2024. Selain itu, ia turut serta dalam sejumlah pameran bersama. Antara lain adalah Seeing Things, di Kohesi Initiatives, Yogyakarta, 2024; Because When You Stop and Look Around, This Life Is Pretty Amazing di Ruang Sayap Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, 2023; dan New Now III: Convergence di Gajah Gallery, Singapura, 2019.
Galih telah mendapatkan sejumlah penghargaan, antara lain, Silver Award untuk Professional Categories pada UOB Painting of the Year 2019, finalis UOB Painting of the Year 2018, dan honorable mention di Jakarta 32° Art Award 2017.
Karya Seni
Deskripsi Karya
Kerning
Interior, Vowel Cabinet dan Don’t Make a Circle
Karya-karya Galih berangkat dari sebuah observasi personalnya terhadap signifikansi ruang kosong dalam kehidupan kita sehari-hari. Melalui pameran tunggalnya yang bertajuk “Kerning” Galih mengeksplorasi bagaimana ruang kosong—sering diabaikan—berperan krusial dalam pembacaan dan pemaknaan. Konsep kerning dalam desain tipografi digunakan untuk menunjukkan bagaimana bagian kosong dapat menghubungkan fragmen-fragmen menjadi kesatuan yang utuh, serta bagaimana negative space memengaruhi interpretasi kita terhadap ingatan dan pengalaman visual. Pameran ini menghubungkan ruang kosong dengan ingatan, kelupaan, dan bagaimana distorsi serta pengulangan membentuk persepsi kita tentang realitas.
Dalam “Interior”, Galih menggunakan teknik yang melibatkan bidang putih yang dibentuk sedemikian rupa untuk menciptakan kesan sudut atau pojok dari sebuah ruangan di dalam sebuah bangunan. Metode penciptaan “Interior” melibatkan penggunaan klise film lama sebagai bahan dasar. Anonimitas dari klise film temuan juga menjadi landasan Galih dalam pertimbangan penciptaan lukisan. Secara artistik, Galih memilih klise film karena kualitas tembus pandangnya, yang sejalan dengan sifat ingatan yang tidak pejal. Karya ini menunjukkan bagaimana Galih menggunakan ruang kosong untuk mempertegas tema dan menciptakan narasi visual yang menyentuh aspek-aspek pribadi dan domestik dalam ingatan.
Karya instalasi “Vowel Cabinet”, dan “DON’T Make a Circle” berfungsi sebagai elemen yang berinteraksi dengan ruang pamer dan dengan karya lainnya secara spasial dan konseptual. ‘Vowel Cabinet’ menghubungkan satu karya dengan karya lain dalam pameran, memperjelas hubungan antara karya-karya yang ada, sementara “DON’T Make a Circle” merupakan karya interaktif yang menggunakan tabung-tabung resin padat yang diisi dengan debu dan menampilkan penggalan kalimat dari pamali yang menggambarkan ingatan kolektif. Karya ini memiliki bentuk melengkung yang secara visual bertolak belakang dengan judulnya, menciptakan paradoks dan menambahkan dimensi tambahan pada pengalaman estetika. Karya “DON’T Make a Circle” hanya bisa di selesaikan dengan keterlibatan apresiator dalam memindahkannya dari “Vowel Cabinet” dan menyusun rangkaian tabung resin tersebut menjadi sebuah bentuk di lantai. Dengan cara ini, “DON’T Make a Circle” memperkuat tema ingatan kolektif dan interaksi antara elemen karya yang berbeda.
Deskripsi Karya
Kerning
Interior, Vowel Cabinet dan Don’t Make a Circle
Karya-karya Galih berangkat dari sebuah observasi personalnya terhadap signifikansi ruang kosong dalam kehidupan kita sehari-hari. Melalui pameran tunggalnya yang bertajuk “Kerning” Galih mengeksplorasi bagaimana ruang kosong—sering diabaikan—berperan krusial dalam pembacaan dan pemaknaan. Konsep kerning dalam desain tipografi digunakan untuk menunjukkan bagaimana bagian kosong dapat menghubungkan fragmen-fragmen menjadi kesatuan yang utuh, serta bagaimana negative space memengaruhi interpretasi kita terhadap ingatan dan pengalaman visual. Pameran ini menghubungkan ruang kosong dengan ingatan, kelupaan, dan bagaimana distorsi serta pengulangan membentuk persepsi kita tentang realitas.
Dalam “Interior”, Galih menggunakan teknik yang melibatkan bidang putih yang dibentuk sedemikian rupa untuk menciptakan kesan sudut atau pojok dari sebuah ruangan di dalam sebuah bangunan. Metode penciptaan “Interior” melibatkan penggunaan klise film lama sebagai bahan dasar. Anonimitas dari klise film temuan juga menjadi landasan Galih dalam pertimbangan penciptaan lukisan. Secara artistik, Galih memilih klise film karena kualitas tembus pandangnya, yang sejalan dengan sifat ingatan yang tidak pejal. Karya ini menunjukkan bagaimana Galih menggunakan ruang kosong untuk mempertegas tema dan menciptakan narasi visual yang menyentuh aspek-aspek pribadi dan domestik dalam ingatan.
Karya instalasi “Vowel Cabinet”, dan “DON’T Make a Circle” berfungsi sebagai elemen yang berinteraksi dengan ruang pamer dan dengan karya lainnya secara spasial dan konseptual. ‘Vowel Cabinet’ menghubungkan satu karya dengan karya lain dalam pameran, memperjelas hubungan antara karya-karya yang ada, sementara “DON’T Make a Circle” merupakan karya interaktif yang menggunakan tabung-tabung resin padat yang diisi dengan debu dan menampilkan penggalan kalimat dari pamali yang menggambarkan ingatan kolektif. Karya ini memiliki bentuk melengkung yang secara visual bertolak belakang dengan judulnya, menciptakan paradoks dan menambahkan dimensi tambahan pada pengalaman estetika. Karya “DON’T Make a Circle” hanya bisa di selesaikan dengan keterlibatan apresiator dalam memindahkannya dari “Vowel Cabinet” dan menyusun rangkaian tabung resin tersebut menjadi sebuah bentuk di lantai. Dengan cara ini, “DON’T Make a Circle” memperkuat tema ingatan kolektif dan interaksi antara elemen karya yang berbeda.
Deskripsi Karya
Kerning
Interior, Vowel Cabinet dan Don’t Make a Circle
Karya-karya Galih berangkat dari sebuah observasi personalnya terhadap signifikansi ruang kosong dalam kehidupan kita sehari-hari. Melalui pameran tunggalnya yang bertajuk “Kerning” Galih mengeksplorasi bagaimana ruang kosong—sering diabaikan—berperan krusial dalam pembacaan dan pemaknaan. Konsep kerning dalam desain tipografi digunakan untuk menunjukkan bagaimana bagian kosong dapat menghubungkan fragmen-fragmen menjadi kesatuan yang utuh, serta bagaimana negative space memengaruhi interpretasi kita terhadap ingatan dan pengalaman visual. Pameran ini menghubungkan ruang kosong dengan ingatan, kelupaan, dan bagaimana distorsi serta pengulangan membentuk persepsi kita tentang realitas.
Dalam “Interior”, Galih menggunakan teknik yang melibatkan bidang putih yang dibentuk sedemikian rupa untuk menciptakan kesan sudut atau pojok dari sebuah ruangan di dalam sebuah bangunan. Metode penciptaan “Interior” melibatkan penggunaan klise film lama sebagai bahan dasar. Anonimitas dari klise film temuan juga menjadi landasan Galih dalam pertimbangan penciptaan lukisan. Secara artistik, Galih memilih klise film karena kualitas tembus pandangnya, yang sejalan dengan sifat ingatan yang tidak pejal. Karya ini menunjukkan bagaimana Galih menggunakan ruang kosong untuk mempertegas tema dan menciptakan narasi visual yang menyentuh aspek-aspek pribadi dan domestik dalam ingatan.
Karya instalasi “Vowel Cabinet”, dan “DON’T Make a Circle” berfungsi sebagai elemen yang berinteraksi dengan ruang pamer dan dengan karya lainnya secara spasial dan konseptual. ‘Vowel Cabinet’ menghubungkan satu karya dengan karya lain dalam pameran, memperjelas hubungan antara karya-karya yang ada, sementara “DON’T Make a Circle” merupakan karya interaktif yang menggunakan tabung-tabung resin padat yang diisi dengan debu dan menampilkan penggalan kalimat dari pamali yang menggambarkan ingatan kolektif. Karya ini memiliki bentuk melengkung yang secara visual bertolak belakang dengan judulnya, menciptakan paradoks dan menambahkan dimensi tambahan pada pengalaman estetika. Karya “DON’T Make a Circle” hanya bisa di selesaikan dengan keterlibatan apresiator dalam memindahkannya dari “Vowel Cabinet” dan menyusun rangkaian tabung resin tersebut menjadi sebuah bentuk di lantai. Dengan cara ini, “DON’T Make a Circle” memperkuat tema ingatan kolektif dan interaksi antara elemen karya yang berbeda.