MEDIA
Penjelasan pendek tentang apa itu MEDIA. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent malesuada mollis vulputate. Aliquam id velit ullamcorper ex lobortis cursus.
Fotografi
Deskripsi Karya
Karya ini adalah gambaran ingatan dan masa depan dari kumpulan pesan rekonsiliasi
ingatan masa lalu, yang terkait dengan ingatan kolektif tentang tragedi yang terjadi di
Sambas, Kalimantan Barat pada tahun 1999, antara etnis Dayak dan Madura.
Tragedi yang kerap membawa kita kembali pada titik di mana melankolia
berada,kepada pengampunan atas segala yang mungkin yang tak bisa diampuni.
Tragedi yang semula tidak kita kenal, yang mendorong diri kita kepada cara hidup untuk
percaya pada sesuatu yang bercahaya, yakni sebuah harapan.
Karya ini tentang limitasi tubuh, perjalanan atas tragedi, serta upaya meretas transmisi
memori traumatis yang diturunkan pasca ingatan.
Sebuah tragedi telah berlalu, melewati cerita dengan tergesa-gesa, meninggalkan luka
dengan tergesa-gesa. Diri, tubuh, serta batasan pada lanskap yang asing telah berada
pada titik kehilangannya. Ia ditekan pada tetesan darah terakhir, air mata terakhir, pada
suara denyut jantung yang putus asa, pada 1400 kilometer cahaya lampu yang
dipadamkan antara Pulau Madura dan Kalimantan, pada gema ruang yang begitu
merampas suara-suara lipatan kertas koran yang dibaca di ruang tunggu pada tahun
1999 di bulan Februari.
Sejarah yang tergetar, memanglah sejarah yang terpotong lidahnya… rasa nyeri
bercampur aduk dengan hasrat untuk berkata-kata. Namun sejarah dalam kebisuanya
tetap berupaya merekam, menjahit segala kebenaran: dari puluhan foto yang
kehilangan warna, dari ratusan teks yang terpenggal dan terbakar, dari kebenaran akan
kesaksian yang benar-benar tidak pernah dibenarkan…dan dari segala apapun itu,
sejarah manusia, sejarahku dan sejarah kita kini telah benar-benar memproyeksikan
konstruksi kehilangan yang menggetarkan, dengan menampilkan pengulangan tentang
tragedi dari lanskap yang asing.
Deskripsi Karya
Karya ini adalah gambaran ingatan dan masa depan dari kumpulan pesan rekonsiliasi
ingatan masa lalu, yang terkait dengan ingatan kolektif tentang tragedi yang terjadi di
Sambas, Kalimantan Barat pada tahun 1999, antara etnis Dayak dan Madura.
Tragedi yang kerap membawa kita kembali pada titik di mana melankolia
berada,kepada pengampunan atas segala yang mungkin yang tak bisa diampuni.
Tragedi yang semula tidak kita kenal, yang mendorong diri kita kepada cara hidup untuk
percaya pada sesuatu yang bercahaya, yakni sebuah harapan.
Karya ini tentang limitasi tubuh, perjalanan atas tragedi, serta upaya meretas transmisi
memori traumatis yang diturunkan pasca ingatan.
Sebuah tragedi telah berlalu, melewati cerita dengan tergesa-gesa, meninggalkan luka
dengan tergesa-gesa. Diri, tubuh, serta batasan pada lanskap yang asing telah berada
pada titik kehilangannya. Ia ditekan pada tetesan darah terakhir, air mata terakhir, pada
suara denyut jantung yang putus asa, pada 1400 kilometer cahaya lampu yang
dipadamkan antara Pulau Madura dan Kalimantan, pada gema ruang yang begitu
merampas suara-suara lipatan kertas koran yang dibaca di ruang tunggu pada tahun
1999 di bulan Februari.
Sejarah yang tergetar, memanglah sejarah yang terpotong lidahnya… rasa nyeri
bercampur aduk dengan hasrat untuk berkata-kata. Namun sejarah dalam kebisuanya
tetap berupaya merekam, menjahit segala kebenaran: dari puluhan foto yang
kehilangan warna, dari ratusan teks yang terpenggal dan terbakar, dari kebenaran akan
kesaksian yang benar-benar tidak pernah dibenarkan…dan dari segala apapun itu,
sejarah manusia, sejarahku dan sejarah kita kini telah benar-benar memproyeksikan
konstruksi kehilangan yang menggetarkan, dengan menampilkan pengulangan tentang
tragedi dari lanskap yang asing.
Deskripsi Karya
Deskripsi Karya
Deskripsi Karya
Karya ini adalah gambaran ingatan dan masa depan dari kumpulan pesan rekonsiliasi
ingatan masa lalu, yang terkait dengan ingatan kolektif tentang tragedi yang terjadi di
Sambas, Kalimantan Barat pada tahun 1999, antara etnis Dayak dan Madura.
Tragedi yang kerap membawa kita kembali pada titik di mana melankolia
berada,kepada pengampunan atas segala yang mungkin yang tak bisa diampuni.
Tragedi yang semula tidak kita kenal, yang mendorong diri kita kepada cara hidup untuk
percaya pada sesuatu yang bercahaya, yakni sebuah harapan.
Karya ini tentang limitasi tubuh, perjalanan atas tragedi, serta upaya meretas transmisi
memori traumatis yang diturunkan pasca ingatan.
Sebuah tragedi telah berlalu, melewati cerita dengan tergesa-gesa, meninggalkan luka
dengan tergesa-gesa. Diri, tubuh, serta batasan pada lanskap yang asing telah berada
pada titik kehilangannya. Ia ditekan pada tetesan darah terakhir, air mata terakhir, pada
suara denyut jantung yang putus asa, pada 1400 kilometer cahaya lampu yang
dipadamkan antara Pulau Madura dan Kalimantan, pada gema ruang yang begitu
merampas suara-suara lipatan kertas koran yang dibaca di ruang tunggu pada tahun
1999 di bulan Februari.
Sejarah yang tergetar, memanglah sejarah yang terpotong lidahnya… rasa nyeri
bercampur aduk dengan hasrat untuk berkata-kata. Namun sejarah dalam kebisuanya
tetap berupaya merekam, menjahit segala kebenaran: dari puluhan foto yang
kehilangan warna, dari ratusan teks yang terpenggal dan terbakar, dari kebenaran akan
kesaksian yang benar-benar tidak pernah dibenarkan…dan dari segala apapun itu,
sejarah manusia, sejarahku dan sejarah kita kini telah benar-benar memproyeksikan
konstruksi kehilangan yang menggetarkan, dengan menampilkan pengulangan tentang
tragedi dari lanskap yang asing.
Deskripsi Karya
Salah satu jalan menuju mimpi adalah hidup dalam “mimpi” itu sendiri sebagai harapan. Kumpulan harapan yang saya representasikan dengan akrilik berwarna, menjadikan mimpi saya sebagai kenyatan suatu hari nanti, semoga….