Menanti Ratu Adil
Deskripsi Karya
Dalam dongeng Jawa, Nabi Sulaiman dikenal sebagai nabi yang bisa bicara dengan semua binatang. Tidak hanya itu, Nabi Sulaiman juga dihormati dan ditakuti oleh binatang-binatang apa pun. Tak ada binatang yang tidak patuh padanya. Maka diceritakan, binatang-binatang taat dan menurut pada kancil yang terkenal cerdik dan licik itu, padahal kancil sedang menipu mereka. Itu terjadi karena kancil mengatasnamakan Nabi Sulaiman. Demi Nabi Sulaiman, binatang-binatang itu percaya, dan tidak sadar mereka sedang diakali.
Saya mengangkat dongeng binatang dan Nabi Sulaiman ini sebagai inspirasi bagi karya instalasi saya kali ini. Saya membayangkan, binatang-binatang itu liar, serakah dan semaunya sendiri. Semuanya bertengkar satu sama lain. Baru karena kedatangan Nabi Sulaiman, binatang-binatang itu jadi jinak dan menurut. Dan dunia binatang menjadi damai kembali karena Nabi Sulaiman.
Beberapa saat lalu, saya berkesempatan menggarap karya lukisan dan drawing untuk disertakan dalam buku karangan Sindhunata, “Ratu Adil, Ramalan Jayabaya dan Sejarah Perlawanan Wong Cilik (Jakarta, 2024). Karya lukisan dan drwaing itu juga dipamerkan sebagai pameran tunggal saya di Bentara Budaya, di Jakarta dan Yogyakarta.
Sekarang saya membuat karya instalasi, dan memberinya judul “Menanti Ratu Adil”. Dengan karya ini, saya berusaha untuk membuat dunia binatang sebagai alegori bagi dunia manusia. Dunia binatang yang liar itu adalah dunia manusia yang sedang kacau, karena ulah manusia yang tak berperikemanusiaan. Perilaku manusia seperti perilaku binatang sebelum kedatangan Nabi Sulaiman. Maka sebagaimana dunia binatang merindukan kedatangan Nabi Sulaiman, demikian pula dunia manusia mengharapkan kedatangan Ratu Adil. Itulah kiranya alasan, mengapa saya menjuduli karya instalasi dunia binatang dan Nabi Sulaiman ini dengan judul “Menanti Ratu Adil”.