Biografi Singkat

Biografi Singkat

tere_theresia_agustina_sitompoul_artsubs_printmaking_contemporary_indonesian_female_artist

Theresia Agustina Sitompul

b. 1981
Yogyakarta, DIY

Dalam karya-karya awalnya, Theresia Agustina Sitompul alias Tere berfokus kepada seni grafis, termasuk teknik etsa, drypoint, dan cetak karbon. Karya-karyanya saat itu menampilkan figur-figur perempuan yang tampak kecil dan rapuh, dicetak dalam warna-warna lembut dengan garis-garis ritmis berulang di permukaan kertas. Setelah lulus kuliah, karyanya mulai berkembang kepada patung, media campuran, dan instalasi. Kini, eksplorasi temanya bergerak pada isu-isu pribadi yang semakin kompleks terkait perannya sebagai perempuan, istri, dan ibu. Ia mulai menyelidiki berbagai emosi dan pemikiran personal yang ada dalam hubungan dekat ibu dan anak, seperti yang terlihat dalam pameran tunggalnya Confessions (of an Artist as a Young Mom), 2009. Pameran ini tidak hanya menunjukkan kekuatan Tere sebagai seniman dengan kemampuan grafis yang baik, tetapi juga kekuatannya dalam menghadirkan ide-ide kompleks dalam hal tema dan bentuk.

Dari situ Tere terus memperluas eksplorasinya menuju pertanyaan tentang eksistensi manusia dalam hubungannya dengan alam. Penjelajahan ini membawa Tere menggunakan kisah-kisah Alkitab, ketika narasi tentang eksistensi manusia selalu terhubung dengan kesadaran spiritual. Isu-isu ini menjadi lebih terlihat dalam karya-karyanya seperti “Noah’s Ark”, 2011, “Chapter IV”, 2012, “Noah’s Ark II”, 2012-13, dan karya pesanan untuk Children Art Space UOB-Museum MACAN berjudul Kembara Biru-Travelling Blues, 2022. Selain kedalaman tema dan isu, karya-karya ini juga menunjukkan sensitivitas dan kemampuan Tere dalam memilih bahan, teknik, dan bentuk untuk mengungkapkan ide-idenya. Tere juga menggelar karya-karyanya dalam sejumlah pameran bersama di dalam dan luar negeri.

Theresia “Tere” Agustina Sitompul dilahirkan di Yogyakarta pada 1981. Ia menamatkan pendidikan sarjana dan magister seni rupa di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Tere juga mengajar di almamaternya. Pada 2001 ia mendirikan Studio Grafis Minggiran di Yogyakarta.

 

PERNYATAAN SENIMAN

Jika keterhubungan manusia dengan alam dan material adalah tentang bagaimana kesadaran peran direpetisi menjadi sumbu keberlanjutan hidup maka karya ini adalah sebuah perayaan perjalanan siklus tersebut. Segala tahapan kehidupan harus dirayakan, kadang dengan nikmat kadang secara khidmat. Namun, yang terpenting adalah esensi untuk memperbarui kesadaran terus ada dalam mempelajari perjalanan. Melalui pendekatan daur ulang tekstil, proses pembaruan kesadaran tersebut dibersamai dan dimaknai secara sederhana dengan menandai kelahiran baru barang-barang usang dimana keberlanjutan tidak hanya berbicara tentang daur ulang fisik, tetapi juga daur ulang ide, konsep, arah pijak arah pijar.

Karya ini membersamai refleksi tentang bagaimana kita harus memahami konsep baru bahwa limbah bukan elemen akhir namun sumber daya baru. Sebagai solusi yang berkelanjutan, gagasan ini menantang kita untuk melihat limbah bukan sebagai akhir, melainkan sebagai peluang untuk menciptakan kembali kehidupan dan nilai. Narasi bahwa limbah adalah sumber daya baru membuka ruang bagi kreasi aktif, yang melampaui sekadar perpanjangan hidup material dan menjadi esensi dari transformasi keberlanjutan, sebagaimana diyakini Pable dalam visinya: “Made to be Made Again”.

Karya Seni

Jika keterhubungan manusia dengan alam dan material adalah tentang bagaimana kesadaran peran direpetisi menjadi sumbu keberlanjutan hidup maka karya ini adalah sebuah perayaan perjalanan siklus tersebut. Segala tahapan kehidupan harus dirayakan, kadang dengan nikmat kadang secara khidmat. Namun, yang terpenting adalah esensi untuk memperbarui kesadaran terus ada dalam mempelajari perjalanan. Melalui pendekatan daur ulang tekstil, proses pembaruan kesadaran tersebut dibersamai dan dimaknai secara sederhana dengan menandai kelahiran baru barang-barang usang dimana keberlanjutan tidak hanya berbicara tentang daur ulang fisik, tetapi juga daur ulang ide, konsep, arah pijak arah pijar.

 

Karya ini membersamai refleksi tentang bagaimana kita harus memahami konsep baru bahwa limbah bukan elemen akhir namun sumber daya baru. Sebagai solusi yang berkelanjutan, gagasan ini menantang kita untuk melihat limbah bukan sebagai akhir, melainkan sebagai peluang untuk menciptakan kembali kehidupan dan nilai. Narasi bahwa limbah adalah sumber daya baru membuka ruang bagi kreasi aktif, yang melampaui sekadar perpanjangan hidup material dan menjadi esensi dari transformasi keberlanjutan, sebagaimana diyakini Pable dalam visinya: “Made to be Made Again”.

Theresia Agustina Sitompul
2024
Variable Dimension
Kain, bordir, drypoint
Seni Cetak
Scroll to Top