Biografi Singkat
Biografi Singkat

Subandi Giyanto
Subandi Giyanto “mencemari” objek-objek yang ia lukis dalam corak realistik dengan objek dan ornamen wayang. Ia seperti merajahnya, sehingga objek-objek realis itu—seekor kuda, misalnya—perlahan mengabur dan tenggelam oleh rerupaan wayang yang kecil-kecil dan masif. Permainan ini sebenarnya tidak terjadi dengan tiba-tiba. Ketika masih kanak-kanak ia telah belajar menyungging wayang kulit kepada ayahnya, Giyanto Wiguno. Ketika belajar seni rupa secara formal di Sekolah Seni Rupa Indonesia dan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Yogyakarta, ia mulai mengalihkan tatahan wayang menjadi lukisan di atas kanvas. Akan tetapi, saat itu ia pun mulai menjelajahi lukisan kaca.
Permainan rupa yang ditempuh Subandi ini adalah bagian dari proyek merawat seni tradisi dengan memperbarui tampilannya ke dalam kekinian. Ketekunan Subandi dalam mengembangkan berbagai teknik seni tradisional maupun kontemporer membuatnya aktif dalam berbagai pameran bersama sejak akhir dasawarsa 1970. Ia juga bergabung dan bergaul dengan sejumlah sanggar seni pelukis yang ada saat itu, misalnya Sanggar Bambu, Rumpun 81, Kelompok Ganksal, dan Kelompok 11.
Dilahirkan di Bantul, Yogyakarta, pada 22 Juni 1958, karya-karya Subandi tampil dalam pameran tunggal dan bersama. Bukan hanya lukisan di atas kanvas, tetapi juga lukisan kaca dan patung. Pameran tunggalnya, antara lain, Giling Wesi, 2023, dan Nunggak Semi, keduanya di Bentara Budaya Yogyakarta; Gambar Pitutur di Galeri Pitoe, Yogyakarta, 2005. Ia pun mengikuti sejumlah pameran bersama, seperti ARTJOG 2024; Yogya Annual Art di Bale Banjar Sangkring, Yogyakarta, 2024; Seni Agawe Santosa, Gallery Semarang, 2023; dan Pekan Kebudayaan Nasional, Jakarta, 2020.
Karya-karya Subandi Giyanto dikoleksi oleh sejumlah kolektor dari Indonesia, Malaysia, Jepang, Belgia, Belanda, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.
Karya Seni
Deskripsi Karya
Deskripsi Karya
Deskripsi Karya
Titik merah dari selatan merupakan simbol bagian selatan Indonesia. Daerah yang subur makmur gemah lohjinawi. Merupakan modal dasar perjuangan Bangsa. Gambaran sapi merupakan simbol keduburan itu. Semua tubuhnya bermanfaat untuk manusia. Kotoran menyuburkan tanah,daging dan susunya menyehatkan badan, kulitnya untuk bahan baku kerecek dan membuat wayang kulit,tulangnya dibubut untuk membuat gegel wayang kulit, tanduknya untuk gapit wayang kulit, sampai sampai kukunya bisa untuk membuat pegangan kipas tangan.
Keduburan: kesuburan