Biografi Singkat
Biografi Singkat

R.E. Hartanto
Ristyo Eko Hartanto dikenal sebagai pelukis yang menawarkan “realisme fotografis”. Dua karyanya dalam ARTSUBS 2024 “bercerita” tentang kerabat Hartanto sesama seniman: Diyanto dan Ay Tjoe Christine. Dua karya ini adalah kelanjutan seri Museum Potret Dokter Rudolfo yang pernah dipamerkan di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung dan Museum dan Tanah Liat, Yogyakarta, pada 2019. Lukisan-lukisannya seolah-olah menimbang “citraan fotografis” dan “pencahayaan” sebagaimana seorang fotografer memotret sebuah objek. Akan tetapi, di belakang objek yang kebanyakan manusia itu, ia menghadirkan sebuah latar asing.
Seniman kelahiran Bandung pada 1973 ini menamatkan pendidikan seni rupa di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, pada 1998 dan Rijksakademie van Beeldende Kunsten, Amsterdam, Belanda, pada 2002. Pada masa itu pula ia aktif mengikuti program seniman mukiman, salah satunya “Alchemy, The International Masterclass for New Media Artists & Curators” di ANAT, Brisbane, Australia, pada 2000.
Selain seri Museum Potret Dokter Rudolfo, Hartanto juga telah mengadakan sejumlah pameran tunggal, misalnya Limbo di Galeri Ruang Dini, Bandung, 2022; Tales from the Lonely Hill di Krack! Gallery, Yogyakarta, 2018; dan Post-North-Korea Nuclear Test di H2 Art Gallery, Semarang, 2009. Ia juga pernah mendapatkan hibah seni dari RAIN Artists’ Initiatives Network yang didukung oleh Dutch Ministry of Foreign Affairs/DCO/IC (Bessengue City Project, 2002).
Dua pameran tunggalnya yang akan datang adalah Les Lalanne’s Sculpture Garden di 2510 Locadeco, Jakarta, 2024, dan In a Changing World di Nadi Gallery, Jakarta, 2025.
Karya Seni
Deskripsi Karya
Deskripsi Karya
Karya-karya dalam seri “Museum Potret Dokter Rudolfo” dipamerkan tunggal pada tahun 2019 di Selasar Sunaryo
Art Space, Bandung, dan di Museum dan Tanah Liat, Yogyakarta. Dalam seri ini saya melukis teman-teman saya, para pelukis. Figur-figur mereka saya taruh di lanskap alam antah-berantah untuk memberi memperlihatkan wajah-wajah yang familiar di sebuah tempat yang asing.
Diyanto adalah salah satu pelukis pertama yang saya kenal karena ia adalah asisten dosen di studio seni lukis,
FSRD-ITB, tempat saya kuliah. Seri ini adalah pengingat bahwa dalam hidup saya sebagai perupa, saya tidak sendirian. Hidup para perupa, seperti lanskap alam yang saya gambarkan, kadang berubah, tapi wajah dan figur mereka akan tetap saya kenang sampai akhir hayat saya.
Mohan pajang kedua karya b·ersebelahan, sama tinggi.
Christine di sebelah kiri, Diyanto di sebelah kanan. Jarak
aritara kedua karya akan ditentukan oleh kurator. Terima kasih.