Biografi Singkat
Biografi Singkat

Muhlis Lugis
Pada suatu ketika pegrafis Muhlis Lugis pernah berkata, “Seni menjadi hampa tanpa pengalaman hidup.” Itulah kenapa karya-karyanya selalu berangkat dari kehidupan keseharian, baik yang dialami langsung oleh Muhlis maupun dengan mengambil alih pengalaman orang lain sebagai sumber gubahan karyanya. Dengan bertekun kepada grafis—cukil kayu, terutama—ia memperpanjang umur keterampilan grafis yang konon menjadi pemula dari seni grafis modern. Karya-karya grafisnya pada umumnya bertahan pada warna hitam-putih yang mengedepankan anatomi tubuh manusia yang membengkak di bawah bayang-bayang pengaruh Fernando Botero, tetapi tampil dengan goresan yang sangat halus. Yang pasti, ia menyimpang dengan menjangkau surrealisme, sebab manusia di situ hanya terdiri atas kaki dan tangan—tidak lebih, tidak kurang.
Muhlis Lugis dilahirkan di Ulo, Bone, Sulawesi Selatan, 14 Mei 1987. Ia menamatkan pendidikan seni rupa di Universitas Negeri Makassar pada 2011 dan melanjutkan pendidikan pascasarjana bidang Seni Grafis di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, dan tamat pada 2014. Kini ia berkarya sambil mengajar di Jurusan Seni Rupa dan Desain, Universitas Negeri Makassar.
Karya-karya grafis Muhlis telah dipamerkan di banyak gelaran seni rupa. Termasuk pameran tunggal Ke Mana Harga Diri di Bentara Budaya, Yogyakarta, 2018. Sementara pameran bersama yang menghadirkan karya-karyanya, antara lain, adalah Seoul Art Fair, Seoul, Korea Selatan, 2024; Present Continuous / Sekarang Seterusnya di Museum MACAN, Jakarta, 2022; Biennale Jogja XV: Equator #5, Yogyakarta, 2019; Makassar Biennale 2015 & 2017; Young Art Taipei, Taiwan, 2016; dan Asia Contemporary Art Show, Hong Kong, Cina, 2016; dan Liu & Lugis Hallway Exhibition di Ludo Gallery, Singapura, 2015.
Muhlis meraih penghargaan Pemenang Ketiga Kompetisi Internasional Trienale Seni Grafis Indonesia V yang digelar oleh Bentara Budaya, 2015. Karena karya-karyanya ia berkesempatan menjadi seniman mukiman AIR Yogyakarta di Say Art Space, Seoul, Korea Selatan, pada 2014; dan di Teras Print Studio, Yogyakarta, pada tahun berikutnya.
Karya Seni
Deskripsi Karya
Meong palo karellae merupakan seekor kucing belang tiga
warna yang setia kepada Sangiang Serri (dewi padi).
Kesetiaan meongpalo kepada Sangiang Serrri tidak pernah
pudar selama dalam proses pengembaraanya mencari
prilaku yang baik (pangngadereng). Meongpalo senantiasa
menunggu dan menjaga Sangiang Serri yang selalu
bersemayam di rakkeang (bagian atas rumah) yang
merupakan lumbung tempat penyimpanan padi pada bagian
atas rumah bugis.
Deskripsi Karya
Maddoja bine (begadang semalam suntuk menjaga benih
padi) sebagai bentuk ritual penghormatan kepada Sangiang
Serri yang dilaksanakan sebelum menanam padi di sawah.
Maddoja bine ini dilakukan dengan begadang semalam atau
bahkan tiga malam suntuk menunggu bibit beni padi yang
disemai tunas-tunas mudanya sudah mulai muncul. Benih padi
yang disemai dimasukkan ke dalam wadah kemudian
diletakkan pada posi bola (tiang tengah rumah). Maddoja bine
dilaksanakan dengan massureq yang merupakan pembacaan
Lontara meongpalo karellae. Maddoja bine ini dilakukan denga
harapan keberhasilan dalam proses menanam padi.
Deskripsi Karya
Fenomena transaksi jula beli suara dalam momen pemilu saat
ini menjadi sesuatu yang sudah dianggap wajar. Memilih
pemimpin tidak lagi mempeertimbangkan Amanah, berani,
jujur, adil dll, tetapi memilih pemimpin berdasarkan uang yang
diberikan melalui transaksi pemberian amplop.