Biografi Singkat
Biografi Singkat

Eko Nugroho
“Republik Berhantu” karya Eko Nugroho dalam ARTSUBS 2024 adalah instalasi berbentuk rumah bervolume 180 meter kubik. Konsep karya ini terinspirasi dari rumah hantu di taman-taman hiburan dan pasar-pasar malam. Rumah hantu, bagi Eko, “menawarkan ketakutan, tetapi orang-orang tetap datang membayar untuk merasakan itu.” Instalasi ini adalah metafora tentang kompleksitas antara negara, kekuasaan, dan politik.
Bagian luar instalasi dikelilingi oleh mural. Adapun bagian dalam yang dipenuhi warna hitam, ada objek-objek patung, sulaman, lukisan, juga elemen-elemen karya Eko Nugroho terdahulu yang memiliki kesan serupa untuk menghadirkan tema dalam instalasi ini.
Eko Nugroho adalah seniman kelahiran Yogyakarta, 4 Juli 1977. Ia menamatkan pendidikan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Ia dikenal luas melalui karya-karya yang mengolah estetika street art, grafiti, dan komik, pun yang berbasis komunitas. Beragam lukisan, sulaman, mural, patung, hingga seni video, ia hadirkan secara jenaka sebagai menanggapi persoalan sosial, budaya, dan politik.
Beberapa pameran tunggalnya, antara lain, adalah On Site: Eko Nugroho/Wayang Bocor di Asia Society, New York, Amerika Serikat, 2017; Lot Lost di Art Gallery of New South Wales, Sydney, Australia, dan Landscape Anomaly di Galeri Salihara, Jakarta, keduanya pada 2016; juga sejumlah pameran tunggal lainnya di Seoul, Singapura, Paris, Beijing, Helsinki dan Den Haag.
Karya-karya Eko Nugroho juga terpajang di sejumlah museum dan galeri mancanegara, semisal Musée d’Art Moderne de Paris dan Musée des Beaux-arts de Lyon, Prancis; Foundation Singapore Art Museum; Tropenmuseum Amsterdam, Belanda; dan Asia Society Museum, New York, Amerika Serikat.
Karya Seni
Deskripsi Karya
Karya ini berseri, dan karya ini menceritakan tentang manusia memiliki hal terkeras dalam hidupnya, hal terkeras dalam dirinya, baik itu keinginan, ataupun sebuah peristiwa , hal-hal ataupun pengalaman-pengalaman yang menjadi tujuan yang pernah dialami. Karya ini mempresentasikan kehidupan, bagaimana kita bertumpuk di kepala kita, di diri kita dengan batu-batu yang ada di diri kita. Kehidupan adalah batu keras yang mesti dibentuk, bukan untuk dipecahkan atau dihancurkan, tetapi dibentuk, disusun, dikomposisikan menjadi sesuatu seperti kehidupan itu sendiri yang penuh dengan tantangan
Deskripsi Karya
Karya ini berseri, dan karya ini menceritakan tentang manusia memiliki hal terkeras dalam hidupnya, hal terkeras dalam dirinya, baik itu keinginan, ataupun sebuah peristiwa , hal-hal ataupun pengalaman-pengalaman yang menjadi tujuan yang pernah dialami. Karya ini mempresentasikan kehidupan, bagaimana kita bertumpuk di kepala kita, di diri kita dengan batu-batu yang ada di diri kita. Kehidupan adalah batu keras yang mesti dibentuk, bukan untuk dipecahkan atau dihancurkan, tetapi dibentuk, disusun, dikomposisikan menjadi sesuatu seperti kehidupan itu sendiri yang penuh dengan tantangan
Deskripsi Karya
Karya ini bercerita tentang satirisme tentang bagaimana masyarakat di Indonesia ini sangat-sangat luar biasa kuat dalam nasionalisme kita. Sifat optimis dan positif yang sangat bagus. Bahwa di seluruh rakyat Indonesia memiliki sifat nasionalisme yang sangat kuat, solid dan sangat luar biasa, tetapi mengkerucut ke atas dia menjadi bentuk-bentuk politisasi tentang nasionalisme itu sendiri, sehingga nasionalisme digunakan untuk kepentingan politik, menjadi bentuk atau hal-hal yang sangat licin, curang, menyakitkan, membuat hal-halnya menjadi buruk. Dan nasionalisme yang ada di akar bawah sangat berbeda dengan nasionalisme yang ada di atas; dalam hal ini di pemerintahan itu sendiri, karena mereka selalu menggunakan nasionalisme sebagai jargon-jargon untuk menyatukan rakyat yang ada di bawah, tetapi sebenarnya mereka juga melakukan kejahatan-kejahatan yang melukai hati rakyat. Korupsi masih ada dimana-mana dan keadilan tidak selalu meruncing ke bawah dan tumpul ke atas, disini saya ingin menyoroti dimana nasionalisme ini menjadi sesuatu yang “unik” dalam kacamata saya, dan karya ini mempresentasikan kuat, sticky, melekat sebagai nasionalisme, tetapi licin sebagai politisasi.
Deskripsi Karya
Republik Berhantu ini bentuknya mengadopsi dari rumah hantu yang ada di taman hiburan, yang dulu di era 90an dan 2000an yang bisa kita temukan di taman hiburan, pasar malam, sekarang mungkin pasar malam sudah bergeser ke pinggiran-pinggiran kota. Hiburan rumah hantu selalu menarik bagi warga atau rakyat; ketakutan tetapi ingin tahu, sesuatu yang mau dan tidak mau diketahui, dan mereka mau membayar untuk merasakan ketakutan-ketakutan, yang membuat jantung bermasalah, membayar untuk tantangan-tantangan atau resiko, seperti korupsi , seperti hal-hal yang dilakukan para pejabat yang sebenarnya menakutkan dan beresiko tetapi mereka sebenarnya menyukainya. Bentuk karya ini nanti mengadopsi dari rumah hantu dengan visual yang saya buat, dengan karakter mural besar di bagian luar, pada karya ini akan ada mural yang mengelilingi bangunan besar rumah hantu tersebut, kemudian di dalamnya ada karya instalasi, dindingnya akan berwarna hitam, ada objek-objek karya patung, bordir, lukisan, semua elemen-elemen karya yang selama ini saya olah, coba saya tampilkan di dalam rumah hantu ini dengan mengambil tema-tema dan topik-topik yang masih satu atmosfer dengan apa yang terjadi di negeri ini, kebijakan-kebijakan negeri ini.
Karya ini menyoroti bagaimana negara ini dipenuhi oleh hantu-hantu atas nama pemegang kuasa. Kita (rakyat) dipermainkan oleh mereka yang duduk di pemerintahan atau orang-orang yang berkuasa, entah itu di negara, di militer, dan seterusnya. Rakyat itu sebenarnya ‘gacuk’ (pion) mereka, tetapi sangat tidak dilindungi dan tidak diuntungkan karena kasat mata, kepentingan-kepentingannya hanya untuk kekuasaan mereka saja . Rakyat ini digunakan sebagai penyumbang suara, penyumbang ‘ngayom, ngayemi’ (istilah dari pemerintahan diatas) yang arti sebenarnya itu hal-hal untuk memancing diawal, untuk memancing simpati, yang program kesejahteraannya itu tidak berkelanjutan; misal program kesejahteraan untuk publik, kecerdasan untuk masyarakat, fasilitas-fasilitas kebaikan untuk masyarakat itu hanya di awal, hanya menjadi program pembuka yang menarik simpati, tapi kemudian tidak berlanjut. Programnya seperti hantu-hantu yang ada dan tiada, kadang tiba-tiba muncul hanya karena meminta simpati, tetapi begitu berganti periode pemerintahan, berganti pimpinan, berganti regulasi, jadi hilang.
Pemegang kuasa ini memang punya banyak hal-hal yang bagus, tetapi tidak sedikit juga hal-hal buruk yang mereka perbuat, seperti masih ada korupsi dengan cara yang lebih luwes lagi, lebih absurd; bagaimana keluarga pejabat menjadi bagian dari korupsi itu, alur yang sengaja dibuat oleh pejabat tersebut, misalnya tiba-tiba mendapat gaji, tiba-tiba bisa bergaya hidup mewah dengan fasilitas negara, dari uang rakyat, menambahi aksesoris kendaraannya dengan uang rakyat, mencantumkan nama cucunya untuk menerima gaji sebagai pegawai negara, menduduki jabatan penting, memasukkan anaknya atau keluarganya menjadi pejabat yang menduduki pemerintahan dengan mengubah aturan-aturan negara, bagaimana cengkraman kebijakan hantu-hantu ini. Semakin berkuasa, semakin dia seperti hantu karena ada kepentingan-kepentingan yang sebenarnya dia ingin kuasai yang sifatnya sekarang lebih halus lagi, kalau kita bicara korupsi atau hal-hal yang selama ini tampak kasat mata, sekarang ini bisa lebih halus seperti hantu, dan hanya hantu yang sial saja bisa tertangkap, tetapi yang beruntung bisa tetap korupsi, hal ini masih ada dan lebih halus lagi, seperti hantu. Republik Berhantu.
Deskripsi Karya
Karya ini berseri, dan karya ini menceritakan tentang manusia memiliki hal terkeras dalam hidupnya, hal terkeras dalam dirinya, baik itu keinginan, ataupun sebuah peristiwa , hal-hal ataupun pengalaman-pengalaman yang menjadi tujuan yang pernah dialami. Karya ini mempresentasikan kehidupan, bagaimana kita bertumpuk di kepala kita, di diri kita dengan batu-batu yang ada di diri kita. Kehidupan adalah batu keras yang mesti dibentuk, bukan untuk dipecahkan atau dihancurkan, tetapi dibentuk, disusun, dikomposisikan menjadi sesuatu seperti kehidupan itu sendiri yang penuh dengan tantangan
Deskripsi Karya
Karya ini menyoroti bagaimana suara-suara rakyat yang dikumpulkan menjadi sebuah perwakilan-perwakilan rakyat yang ada di Senayan sana, yang ada di puncak pimpinan atau pemerintahan dari negara ini, bagaimana mereka yang menjadi perwakilan rakyat ini tidak ideal menjadi wakil dari suara-suara rakyat yang sepenuhnya, belum terfasilitasi sepenuhnya, belum menjadi bagian dari apa yang ingin disuarakan dari rakyat, dan mereka yang duduk disana sebenarnya memiliki visi dan tujuan tersendiri dengan menggunakan powernya, mereka memiliki tujuan yang sangat sempit seperti belalai gajah dan diujungnya ada moncong-moncong pistol yang mencerminkan bagaimana kekuatan, power mereka ketika mereka menduduki kursi-kursi itu. Dimana power tersebut berasal dari rakyat itu sendiri, tetapi yang sangat gamblang terbaca bahwa power-power itu tidak jarang digunakan sebagai kepentingan-kepentingan individu atau kepentingan-kepentingan mereka sendiri, dan rakyat hanya menjadi tunggangan, hanya menjadi kursi-kursinya dan ini menjadi suara-suara yang pincang, sakit dan tidak normal, kursi-kursi yang tampak sakit, rusak, dan ini tentang suara-suara rakyat itu sendiri