Biografi Singkat
Biografi Singkat
Dhanoe
Dalam ARTSUBS 2024 Dhanoe—kadang-kadang ditulis “Dha-Noe” atau “Dhanoe Bangsa”—menghadirkan karya berupa seni tato yang berjudul “Semicolon”. Tato yang digubah dengan pensil akrilik di atas kanvas tato ini mengajak pemiliknya untuk merenungkan perjalanan hidup mereka, mengingat setiap luka dan kebangkitan yang telah dilalui. “Semicolon” adalah lambang harapan dan kelanjutan hidup, terukir di atas kulit sebagai pengingat abadi bagi mereka yang berjuang melewati gelombang cobaan. Dalam simbol sederhana ini tersimpan makna yang mendalam: titik koma melambangkan keputusan untuk melanjutkan kisah meskipun badai kehidupan menghadang, menunjukkan bahwa perjalanan seseorang masih memiliki banyak bab yang akan dituliskan.
Karya-karya Dhanoe dikenal dengan corak gambar yang menyerap kemeriahan sekaligus keanehan dunia anak-anak. Sosok anak-anak dihadirkan secara ganjil, tidak proporsional, dan sekujur tubuhnya dibebat oleh kemasan produk dan merek-merek produk terkenal serta bebungaan dalam warna-warna cerah. Atau, ia memilih pewarnaan hitam-putih yang memberi kesan murung dan sesak, sebab di dalam lukisan seperti itu ia menghadirkan banyak sekali objek yang berimpitan, mendekati suasana surrealistik dan ketiadaan harapan.
Dhanoe yang bernama asli Dhanoe Puji Sampurno adalah perupa kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 16 Februari 1981. Karya-karyanya telah dipamerkan di sejumlah pameran tunggal dan bersama. Salah satu pameran tunggalnya adalah Partikular Alegoris di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 2013. Sementara bersama yang telah ia ikuti, antara lain, adalah Jakarta Art Garden 2024 oleh Art Serpong Gallery di Hutan Kota, Jakarta, 2024; Kala Kini di ARTOTEL TS Suites, Surabaya, 2022; dan South Asia Platform di Artstage, Singapura, 2015.
Pada 2012 lukisan “Under Red Carpet” karya Dhanoe meraih penghargaan Highly Commended Award UoB Painting of the Year
Karya Seni
Deskripsi Karya
Konsep
Dengan sifatnya yang permanen, tato ini tertanam dalam lapisan dermis kulit, menjadikannya sulit untuk dihapus. Lebih dari sekadar hiasan, tato ini menjadi penanda setia akan komitmen untuk terus berjuang dan tak tergoyahkan dalam mengejar impian. Setiap goresan dan detailnya membentuk narasi visual yang bercerita tentang ketahanan dan keberanian dalam menghadapi tantangan.
Melalui tinta yang terukir, tato ini mengajak pemiliknya untuk merenungkan perjalanan hidup mereka, mengingat setiap luka dan kebangkitan yang telah dilalui. Tato ini merangkum aspirasi untuk meraih cita-cita yang tinggi, menembus batasan yang ada, dan menciptakan jejak yang berarti di dunia.
Semicolon adalah lambang harapan dan kelanjutan hidup, terukir di atas kulit sebagai pengingat abadi bagi mereka yang berjuang melewati gelombang cobaan. Dalam simbol sederhana ini tersimpan makna yang mendalam: titik koma melambangkan keputusan untuk melanjutkan kisah meskipun badai kehidupan menghadang, menunjukkan bahwa perjalanan seseorang masih memiliki banyak bab yang akan dituliskan.
Dengan demikian, tato titik koma menjadi pengingat bahwa setiap langkah, baik yang indah maupun penuh kesakitan, adalah bagian dari cerita yang layak untuk diteruskan. Ia mendorong pemiliknya untuk melangkah maju, menyongsong hari esok dengan keberanian dan harapan, serta merangkai makna dalam setiap detik yang berlalu untuk menciptakan kehidupan yang kaya akan pengalaman dan makna.
“Karena mimpi besar itu adalah melanjutkan perjalan hidup. “
Hidup memang harus punya mimpi… Tapi kita harus sadar. Bahwa itu mimpi.. cepat bangun sadar dan lakukan mimpi itu.